Bayukng Ngan Tangkitn
| Judul Cerita | Bayukng Ngan Tangkitn |
| Penulis | - |
| Ilustrator | - |
| Penerbit | - |
| Tahun Terbit | - |
| Bahasa | - |
| Umur Pembaca | - |
Bayukng Ngan Tangkitn
Alam suatu hutan yang lebat, tinggallah sekelompok makhluk, nene-nene bahare’ (leluhur) menyebutnya manusia. Mereka hanya bergaul dengan sesamanya saja, mereka jarang bertemu dengan kelompok makhluk yang lainnya. Kebiasaan mereka sehari-hari menebang pohon-pohon di hutan itu. Bekas pohon-pohon yang ditebang tersebut akan mereka gunakan untuk ba-umo (berladang). Untuk menumbangkan pohon yang berukuran kecil saja, mereka memerlukan waktu berhari-hari, sedangkan untuk pohon-pohon yang besar dibiarkan saja berdiri tegak ditengah ladangnya. Peralatan batu yang mereka miliki belum mampu untuk merobohkan pohon-pohon yang berukuran besar tersebut.
Suatu hari manusia-manusia itu pergi ke hutan, seperti biasa mereka akan menebang pohon untuk membuka ladang. Ketika mereka berada di sana, tiba-tiba mereka melihat ada makhluk lain seperti diri mereka. Makhluk-makhluk tersebut mampu merobohkan pohon-pohon besar, hanya dalam waktu yang singkat.
Pikir mereka, “Aneh, mereka Pasti bukan manusia, tidak mungkin manusia dapat melakukan pekerjaan secepat itu.” gumam mereka.
Mereka keheranan dan berpikir, bahwa hanya hantu saja yang dapat melakukan pekerjaan secepat itu. Pekerjaan yang berat bagi manusia namun sangat ringan buat makhluk-makhluk aneh seperti yang mereka saksikan dengan mata kepala.
Di hari yang lain, mereka berangkat lagi ke hutan. Di sana, mereka melihat hasil pekerjaan makhluk aneh tersebut. Hasil pekerjaan yang luar biasa, yang belum pernah mereka lihat dan kerjakan. Ujar mereka,
“Ya ampun, rapi sekali hasil kerja makhluk-makhluk itu. Pohon-pohon besar mereka tumbangkan, batu-batu besar juga habis mereka disingkirkan.”
Lainnya pun menyahut,
“Ya benar sekali, seperti mereka memang bukan manusia sebangsa kita. Sudah tentu, mereka memiliki ilmu yang tinggi melebihi kita. Kita saja yang sudah lama berdiam dihutan ini, belum mampu menebangi semua hutan beserta rawa-rawa yang ada disini”.
Mereka semakin dibuat penasaran oleh makhluk-makhluk tersebut. lalu mereka berniat untuk mencari cara agar dapat mengetahui kelebihan yang dimiliki oleh makhluk tersebut, Dengan sangat hati-hati, mereka mengintip para makhluk yang menurut mereka aneh itu bekerja di ladang. Ketika makhluk-makhluk itu selesai berladang, mereka pun pulang ke bantang, namun mereka menyimpan besi dan langkitn-nya di pondok ladang. Setelah makhluk-makhluk pulang, manusia itu pun mendatangi pondok itu dan mengamati alat-alat besi itu dengan seksama, ia merasa tidak puas jika hanya melihat sebentar. Lalu di antara mereka berinisiatif untuk membawa pulang benda-benda tersebut.
“Ayo kita mengambil benda-benda ini. Kita mencobanya di ladang kita, siapa tau pekerjaan kita akan secepat mereką juga. Waktu bertanam juga sudah tidak lama lagi, seandainya terlambat bisa-bisa tidak dimakan seperti tahun lalu hingga tidak bisa menikmati padi baru”.
Mereka pun pulang ke bantang dengan membawa benda-benda tersebut.
Keesokan harinya, manusia-manusia itu menebang pohon-pohon besar menggunakan alat-alat besi milik makhluk-makhluk aneh. Dengan alat-alat besi itu tidak ada lagi pohon-pohon besar yang berdiri di tengah-tengah ladang.
Beberapa hari kemudian makhluk-makhluk aneh itu datang ke ladangnya. Mereka heran mendapati orang-orang yang berladang di sebelah ladangnya sudah mampu menebang pohon-pohon di ladangnya dengan waktu yang singkat. Makhluk-makhluk aneh menemui orang-orang itu. Makhluk-makhluk aneh itu mengatakan bahwa mereka, manusia telah mencuri alat-alat besi mereka. Namun, orang itu tidak mengakui itu semua.
“Kami tidak mencurinya.” ujar manusia.
Jawab Makhluk aneh. “Benarkah kalian tidak mengambilnya. Jikalau begitu ayo kita beradu. siapa yang menang dan siapa yang kalah. Seandainya kalian menang berarti kalian tidak mencuri barang-barang kami. Tapi jika kalian kalah berarti memang kalianlah yang telah mengambilnya semua barang-barang kami yang hilang tersebut.”
Lalu jawab manusia.
“Baiklah, ayo!”
Jawab ,Mahkluk itu lagi,
“Ada lagi sarat yang lain, seandainya kami yang menang, kalian harus mengembalikan semua yang telah kalian ambil. Namun jika kami yang kalah maka dengan rela hati kami akan memberikannya kepada kalian”.
Mereka sepakat untuk beradu ketahanan untuk bajago (tidak tidur sepanjang malam). Makhluk-makhluk itu berjanji akan memberikan bayukng dan tankitn kepada orang-orang tersebut jika kalah. Namun, jika makhluk-makhluk itu menang. Bayukng (beliung) dan takitn itu akan dikembalikan secara utuh. Mereka pun sepakat dengan perjanjian tersebut. Kemudian kedua belah pihak masing-masing memilih wakilnya satu orang untuk beradu. Mereka memilih duduk di bawah banir sebatang pohon yang besar dan rindang. pertarungan dimulai saat matahari terbenam, Posisi duduk mereka bertolak belakang, yang satu di depan batang dan yang lainnya di belakang batang.
Menjelang pagi, manusia mulai mengantuk dan telungkup ke tanah. Makhluk-makhluk itu melihatnya dan mengatakan bahwa manusia sudah mengantuk dan kalah. Meskipun manusia itu mengantuk dan hampir tidur, namun ia masih mendengar suara teman-teman mahkluk itu. Dia mengatakan bahwa dia tidak mengantuk tetapi dia telungkup ketanah hanya mendengarkan suara-suara cacing yang sedang bernyanyi merdu. Tidak lama kemudian manusia itu terantuk pada banir di kedua sisinya karena mengantuk. Tetapi dia tidak mengakuinya bahwa dirinya mengantuk. la mengatakan bahwa pohon besar itu minta kakinya dipukul-pukul (tikopm) karena merasa pegal dan lelah menyaksikan mereka berdua.
Hari telah pagi, Matahari bersinar cerah. Makhluk-makhluk itu tertidur lelap, sehingga makhluk itu pun dianggap kalah. Orang-orang itu bersuka ria mendapatkan.
Alat kerja yang terbuat dari besi, tapi sayang sebagian besar dari mereka tidak dapat menggunakan peralatan yang terbuat dari besi tersebut. Oleh karenanya makhluk-makhluk itu memutuskan untuk mengajari orang-orang itu bagaimana cara membuat tangkai bayukng (beliung) dan mengikatkan mata beliung itu pada tangkainya. Sejak saat itu manusia yang tak lain adalah kelompok Salako awal, dan makhluk-makhluk itu mulai berhubungan sosial yang erat. Mereka hidup berdampingan dalam satu komunitas.
SELESAI
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
Dari cerita yang berjudul Bayukng Ngan Tangkitn, terdapat beberapa nilai pendidikan karakter yang dapat diajarkan dan digunakan dalam pembinaan dan pengembangan pendidikan karakter pada generasi muda saat ini. Nilai pendidikan karakter yang terdapat pada cerita di atas adalah: syukur, kewaspadaan, cekatan, empati, mau berbagi„ kepedulian, saling menolong, menghormati,
bertanggung jawab, kehati-hatian, kcingintahuan, ulct/gigih, teliti, perhatian, daya upaya/usaha, kemanusiaan, inisiatif, inovatifi
PESAN MORAL
Pesan morał dari cerita tersebut adalah:
Manusia diajarkan untuk menghargai, menyayangi dan menaruh rasa hormat kepada sesamanya.
Manusia harus mencari solusi terhadap masalah yang terjadi, dan tidak mudah putus asa.
Manusia harus berpegang teguh pada kejujuran, amanah dan kebenaran.
Manusia harus bekerja sama dan menjalin kerukunan antar sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Manusia harus mengedepankan musyawarah dałam menyelesaiakn suatu persoalan dałam kehidupan sosial.

Tinggalkan Komentar
⚠️ Anda harus login terlebih dahulu untuk dapat menambahkan komentar
Komentar Terbaru