Nek Takon dan Putri Pinggan yang Baik Hati

cover cerita
Judul Cerita Nek Takon dan Putri Pinggan yang Baik Hati
Penulis -
Ilustrator -
Penerbit -
Tahun Terbit -
Bahasa -
Umur Pembaca -

Nek Takon dan Putri Pinggan yang Baik Hati

Di sebuah gubuk kecil di Kampung Durian, tampak seorang nenek yang baru saja meninggalkan mimpinya, namanya Nek Takon. Pekerjaannya memelihara pohon durian peninggalan sang leluhur. Selain itu, Nek Takon mempunyai cucu yang manis rupanya. Sejak bapak dan ibu gadis itu meninggal, Nek Takonlah yang membesarkannya. Nek Takon pula yang mengajarkannya berbudi baik kepada sesama.

Gadis manis itu bernama Putri Pinggan. Sampai saat ini, orang Kampung Durian mengenal gadis itu dengan nama Putri Pinggan. Gadis manis itu pun menyukai sapaan tersebut.
Waktu terus berlalu, hari terus berganti. Sementara musim telah berubah. Kampung Durian yang dulunya subur kini menjadi tandus. Semua aliran sungai berhenti mengalir. Bahkan tak satu sungai pun yang bisa difungsikan. Sungai-sungai itu bagai ditinggal pergi penghuninya sehingga tak terdapat sedikit air pun di sana.

    Maraknya penebangan pohon liar dan pembuangan sampah di sungai adalah penyebab terjadinya kekeringan. Selain itu, tidak ada pula yang peduli dengan sungai sehingga membuat sungai itu ditumbuhi rumput. Atas kejadian tersebut, aliran sungai pun menjadi sumbat sehingga menyebabkan padi-padi mati, pohon-pohon kecil tidak mampu tumbuh, dan berbagai tanaman menguning.
Bencana kekeringan di Kampung Durian menyebabkan penderitaan, terutama Nek Takon dan Putri Pinggan. Nek Takon dan Putri Pinggan sangat menderita. Mereka hampir kehabisan bahan makanan. Pohon durian yang dulu tumbuh subur dan menghasilkan banyak buah, kini meranting dan menunggu ajalnya. Nek Takon tak punya pekerjaan lain selain merawat pohon durian. Kini ia tak punya penghasilan lagi. Nek Takon bingung harus bagaimana.

Begitu juga dengan warga Kampung Durian. Persediaan makanan sudah habis. Hewan peliharaan mereka mati. Tak ada yang bisa dilakukan. Menanam padi rasanya percuma, tidak mungkin bisa hidup. Atas kejadian itu membuat mereka sangat khawatir. Bagaimana mereka mampu bertahan hidup di Kampung Durian itu, sementara tidak ada yang bisa dilakukan. Akhirnya, mereka pun pasrah menunggu keajaiban datang.

    Keadaan demikian terus berlanjut hingga beberapa bulan kemudian. Bencana kelaparan tak terhindari lagi. Pasokan makanan benar-benar habis. Melihat kejadian itu, Putri Pinggan pun mengambil inisiatif. la berencana mengumpulkan warga untuk mencari solusi atas bencana tersebut.

"Nek, alangkah lebih baiknya kita bicarakan kepada warga tentang masalah yang kita hadapi ini," ungkap Putri Pinggan kepada Nek Takon.

"Apa yang hendak kita bicarakan, Cu?" tanya Nek Takon Putri Pinggan pun menjelaskan kepada Nek Takon maksudnya yang hendak mengumpulkan warga. "Jadi begini Nek, aku berencana mengajak warga untuk meninggalkan tempat ini. Kampung Durian ini sudah tidak layak untuk kita tinggali Bencana Ini sepertinya akan terus berlanjut. Sebaiknya kita mencari tempat baru saja. Kalau mempertahankan tempat ini, kita akan mati."

Mendengar penjelasan Putri Pinggan, Nek Takon pun setuju. Malah sangat mendukung niat cucunya itu. Nek Takon segera menemui warga. la pun mengajak Putri Pinggan untuk menelusuri Kampung Durian. Setiap warga yang dijumpai, disuruhnya berkumpul di balai kampung.

    Beberapa lama kemudian, berkumpulah seluruh masyarakat. Tak satu pun yang tidak hadir. Ternyata masyarakat memang menunggu adanya pergerakan demikian. Hanya saja tak ada yang memulai. Putri Pinggan pun sangat senang melihat antusias warga.

"Jadi seperti ini, aku dan Nek Takon mempunyai solusi atas permasalahan ini." "Apa itu solusinya?" tanya salah satu dari mereka dengan penuh semangat.

"Kita meski mencari tempat tinggal baru. Kita harus meninggalkan Kampung Durian ini. Kalau tidak, kita akan mati kelaparan. Coba saja lihat hewan peliharan kita, semuanya mati. Begitu juga dengan padi yang kita tanam, tidak ada lagi yang bertahan. Apakah kita akan tetap di tempat yang akan membuat kita mati juga," jelas Putri kepada warga yang sedang berkumpul itu.
Mereka setuju dengan usulan itu. Masyarakat pun mencoba berunding bersama tentang ke mana ia akan tinggal. Lalu ada satu di antara mereka yang mengusulkan untuk membuka perkampungan di sebuah hutan. Setelah berunding dan menemukan kesepakatan bersama, akhirnya mereka pun pulang. Begitu juga dengan Putri Pinggan dan Nek Takon.

Mereka segera pulang karena harus mengemas berbagai perlengkapan yang hendak di bawa. Nek Takon yang merasa dirinya sudah sangat tua tidak banyak membawa perlengkapan. la membawa barang seadanyanya saja. Begitu juga dengan Putri Pinggan yang membawa barang seadanya juga.

    Waktu yang telah disepakati telah tiba. Semua warga sudah berkumpul. Putri Pinggan dan Nek Takon juga ada dalam kumpulan itu.. Kali ini mereka akan hijrah mencari tempat baru yang hendak ditempati. Sebelum berangkat, mereka berdoa. Hal itu dilakukan agar perjalanan mereka dilancarkan. Bahkan bisa menemukan tempat yang bagus untuk dijadikan sebuah kampung.
Beberapa saat kemudian, berangkatlah Putri Pinggan dan warga sekitar. Mereka tak mengeluh meskipun naik turun gunung, menyeberangi sungai, melewati lembah, dan beberapa rintangan lain yang harus dilewati. Tak jarang juga ada yang jatuh sakit. Walau demikian, mereka tetap semangat. Dengan semangat itu pulalah mereka mampu melewati berbagai rintangan
Tak lama kemudian, sampailah Putri Pinggan berserta rombongannya di suatu tempat. Tempat itu sangat asi. Aliran sungai mengalir begitu deras. Tumbuhan-tumbuhan sangat subur. Burung-burung terbang ke sana kemari. Putri Pinggan beserta rombongan pun berhenti sejenak. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya mereka memutuskan untuk membuka kampung di tempat itu.

    Mereka pun menebang beberapa pohon yang ada di hutan itu. Pohon yang ditebang tak dibuang begitu saja. Mereka memanfaatkan pohon tersebut sebagai bahan pembuatan rumah. Antusias warga sangat tampak sekali. Berbekal pengalaman yang pahit adalah faktor utama pemicu semangat warga. Mereka berjanji tidak akan mengulangi kejadian yang lalu. Di tempat yang baru ini, mereka akan menjaga alam, dan menjadikan alam sebagai rumah sehingga tak akan ada niat untuk merusaknya lagi.
Beberapa hari kemudian, jadilah sebuah pemukiman. Kampung yang masih sederhana. Belum ada jalan, belum ada balai kampung sebagai tempat pertemuan, dan masih banyak kekurangan lainnya. Walaupun serba kekurangan, semua warga sudah memiliki rumah. Rumah-rumahnya tak terlalu besar, tetapi berbaris rapi, sehingga sangat cocok untuk ditinggali.
Hal berbeda yang dialami Nek Takon dan Putri Pinggan. Mereka tak bisa membuat rumah. Meraka tak mau juga merepotkan orang lain. Nek Takon dan Putri Pinggan lebih memilih tinggal di dalam gua. Kebetulan di dekat kampung baru itu ada sebuah gua. Lalu Nek Takon dan Putri Pingga pun menjadi penghuni gua itu. Atas hal itu, kampung tersebut pun diberi nama Kampung Gua.

Setelah pindah, kehidupan Putri Pinggan dan Nek Takon semakin mudah. Tidak seperti di tempat lama. Begitu juga dengan warga yang lainnya Semuanya hidup dengan berkecukupan. Boleh dikatakan lebih sejahtera tinggal di Kampung Gua dibandingkan tinggal di tempat lama.

...

    Suatu ketika di Kampung Gua ada yang hendak menikah. Warga sekitar pun saling membantu. Tak terkecuali Putri Pinggan dan Nek Takon. Mereka juga hendak membantu. Namun, tak ada barang yang bisa diberikan. Mereka pun kebingungan. Putri Pinggan memikirkan suatu cara agar ia juga bisa membantu.
Menjelang beberapa hari pernikahan dilaksanakan, Putri belum juga menemukan cara. Pikiran Putri Pinggan buntu. Akhirnya, timbulah niat Putri Pinggan untuk mengubah dirinya. Putri Pinggan pun pergi bertapa. Sebelum bertapa, Putri Pinggan terlebih dahulu meminta izin kepada Nek Takon.
"Nek, aku hendak bertapa di ujung gua ini," ungkap Putri Pinggan. Nek Takon kebingungan dengan maksud Putri Pinggan. Lalu Nek Takon pun bertanya "Apa yang hendak kau lakukan Cu?" tanya Nek Takon.

"Aku merasa tak enak jika tidak melakukan sesuatu yang dapat membatu saudara kita. Bukankah kita sudah berjanji jika ada permasalahan atau pun ada pelaksanaan hajatan maka semua warga di sini harus membantu. Sementara kita, apa yang bisa kita berikan?" jawab Putri yang berusaha menjelaskan pertanyaan Nek Takon.

Nek Takon tak bisa melanjutkan pembicaraannya, la merasa apa yang disampaikan Putri Pinggan itu memang benar. Sementara, Nek Takon sudah tidak sanggup lagi bekerja. Tindakan Putri Pinggan Itu hanya bisa didoakannya.
"Cu, aku bukan tak mengizinkanmu. Aku menyadari bahwa aku sudah tua dan tak bisa membantumu. Aku hanya bisa mendoakanmu, tetapi sebelum Itu terjadi, apa yang hendak kau lakukan setelah bertapa?" tanya Nek Takon.

Putri Pinggan pun menjawab dan berusaha memberi penjelasan kepada Nek Takon. Putri Pinggan tak mau membuat Nek Takon kecewa padanya, apalagi membuat Nek Takon khawatir atas perbuatannya itu.
"Begini Nek, alangkah bahagianya aku jika bisa menempati janji. Sekarang, aku bertapa untuk mengubah diri menjadi sesuatu yang nantinya bisa membantu orang banyak. Bukankah kita bersama warga sudah berjanji untuk saling membantu. Tugas nenek sekarang ialah mendoakan!" jelas Putri Pinggan yang berupaya meyakinkan Nek Takon.

Tak lama kemudian, pergilah Putri Putri bertapa. la bertapa tak terlalu jauh. Hal itu dilakukannya agar Nek Takon tak mengkhawatirkannya. Putri Pinggan bertapa di dalam gua tempat tinggalnya juga. Namun, ia memilih di ujung gua tersebut.

Sebelum bertapa, Putri Pinggan berdoa agar la dijadikan sesuatu yang bermanfaat. Setelah seharian bertapa, Putri Pinggan tiba-tiba teringat dengan sesuatu yang ada di namanya yakni pinggan. Putri Pinggan pun berharap bisa menjadi pinggan. Menurutnya, pingganlah yang paling dibutuhkan dalam acara pernikahan.
Beberapa saat kemudian, seluruh badan Putri Pinggan berubah. Badan, tangan, dan kakinya menjadi pinggan biasa, sedangkan kepalanya berubah menjadi pinggan yang agak besar dan pinggan yang memiliki telinga. Telinga pinggan itu bisa dipegang kanan dan kirinya. Pinggan itu sangat cocok untuk menyimpan makanan seperti lauk-pauk atau pun sayur-sayuran.
Ternyata sebelum bertapa, Putri Pinggan sudah berpesan pada Nek Takon untuk menemuinya setelah beberapa hari. Nek Takon pun pergi menyusuri tempat pertapaan Putri Pinggan. Nek Takon merasa waktunya sudah cukup lama sehingga perlu untuk dilihat.

    Selain memang sudah lama, Nek Takon bimbang dengan apa yang dilakukan cucunya. la berharap cucunya bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat. Sesuai dengan keinginannya. Tak lama kemudian, sampailah Nek Takon. la pun melihat tumpukan pinggan yang sangat banyak. Nek Takon sudah mengira bahwa cucunyalah yang menjadi pinggan-pinggan itu. Nek Takon pun sedih karena ia tidak akan berjumpa lagi dengan cucunya itu.

Tiba-tiba mengejutkannya. terdengarlah suara Nek Takon yang terperanjat mendengarnya. Namun, Nek Takon mengetahui kalau suara itu adalah suaranya Putri Pinggan. Nek Takon sudah hafal betul dengan suara Putri Pinggan. Apa lagi suara itu menyebutkan namanya. Bertambah yakinlah Nek Takon. Akhirnya, Nak Takon pun menyimak suara ku dengan saksama.

"Nek!! Ini aku, Putri Pinggan. Sekarang aku sudah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Pinggan- pinggan yang dihadapan nenek Itulah bentuk tubuhku. Nek, kita sudah bisa membatu tetangga yang hendak melakukan pesta pernikahan. Nenek bawa saja pinggan Itu. Nenek jangan khawatirkan diriku. Aku akan menjadi manusia lagi apabila pesta itu telah selesai serta piring-piring ini dikembalikan di tempat semula. Selain itu, ada hal yang tak kalah lebih penting dan meski nenek dengarkan dengan cermat. Apabila pinggan-pinggan ini dipinjamkan ke orang-orang, semestinya orang itu harus jujur. la harus berani mengatakan dan mau mengakui apabila di antara pinggan itu ada yang pecah. Atau jangan sampai ada seseorang yang meminjam pinggan-pinggan mengembalikannya." ini tetapi tidak mau

    Tak lama kemudian, suara itu pun menghilang. Kini Nek Takon tak sedih lagi bahkan Nek Takon sangat bahagia. Kebahagiaan itu dikarenakan Putri Pinggan sudah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Kini Nek Takon tak perlu susah payah lagi memikirkan mau membantu apa ketika ada yang hendak menikah. Nek Takon pun senang karena bisa membantu tetangga-tetanganya ketika membutuhkan pinggan.

    Keesokan harinya, Nek Takon pergi ke rumah Pak Usup. Pak Usup-lah yang hendak menikahkan anaknya. Nek Takon pun menyampaikan bahwa la akan membantu seperti halnya yang lain. Pak Usup pun terkejut mendengar penyampaian Nek Takon. Seperti yang diketahuinya bahwa Nek Takon tak mempunyal apa-apa.
"Tak perlu repot-repot, lagi pula Nek Takon mau membantu apa?" "Aku memang orang tak punya. Namun, aku memiliki pinggan yang begitu banyak. Pingang-pinggan Itu bisa dimanfaatkan untuk menyajikan hidangan nanti," jelas Nek Takon.

Pak Usup terkejut mendengar pernyatan Nek Takon. Padahal yang Pak Usup ketahul, Nek Takon tak punya apa-apa. Setelah mendengar penjelasan Itu, Pak Usup pun senang. Kebetulan Pak Usup sangat memerlukan pinggan yang banyak di acara pernikahan anaknya itu.
"Silahkan ambil pinggan itu di gua, tempat tinggal. Ajak beberapa orang untuk aku membawanya, karene pinggan-pinggan. itu sangat banyak," perintah Nek Takon.
Setelah itu Nek Takon berpamitan. Beberapa saat kemudian, sampailah Nek Takon di guanya. Sementara Pak Usup mengajak beberapa orang untuk membantunya mengangkut pinggan. Merekan pun berangka bersama-sama menuju gua Nek Takon. Sementara, Nek Takon senang melihat Pak Usup datang. Itu artinya Putri Pinggan akan menjadi orang yang bermanfaat.
"Syukurlah kalian datang, apalagi seramai ini. Sebelum kalian membawa pinggannya alangkah lebih baik kalian harus mengetahui syarat yang meski dipenuhi. Apalagi Pak Usup yang mempunyai hajatan, harus paham betul. Pinggang-pinggan ini harus utuh dikembalikan. Tak boleh satu pun yang tertinggal. Kalau ada yang pecah, kalia harus jujur mengakuinya," ungkap Nek Takon menjelaskan.

    Setelah menjelaskan, Nek Takon pun membawa mereka ke tempat pinggan itu. Meraka benar-benar kebingungan dari mana Nek Takon mendapatkan pinggan sebanyak itu. Padahal ketika pindah dari Kampung Durian, Nek Takon hanya membawa perlengkapan seadanya saja. Karena penasaran, Pak Usup pun bertanya.
"Pinggan-pinggan ini dari mana asalnya Nek Takon? Yang kami tahu dan yang kami lihat di keseharian, tidak pernah ada pinggan-pinggan ini, apa lagi Nek Takon memilikinya dengan sangat banyak?" tanya Pak Usup.

    Nek Takon kebingungan mendengar pertanyaan itu. Nek Takon ingin berbohong, tetapi hatinya tidak bisa mengatakan demikian. Akhirnya dengan sangat terpaksa, Nek Takon pun mengatakan yang sebenarnya. Nek Takon juga siap menerima risikonya jika Pak Usup tidak jadi meminjam pinggan dengannya. Hal ini dilakukan Nek Takon karena ia tak mau berbohong.

"Pinggang ini adalah wujud cucukku, si Putri Pinggan. la memilih mengubah wujudnya menjadi pinggang agar bisa membantu kalian semua. Putri Pinggan bertapa di tempat ini. Lalu beberapa saat kemudian, berubahlah wujudnya menjadi pinggan yang begitu banyak. la baru bisa mengubah bentuk menjadi manusia lagi setalah pinggan-pinggan ini dimanfaatkan ketika ada pesta," ungkap Nek Takon dengan nada pelan karena takut dihujat oleh Pak Usup dan beberapa kawannya.
Mereka yang mendengar penjelasan Nuk Takon seperti itu bukannya menghujat, malah menghargai perjuangan Putri Pinggan yang rela mengubah wujudnya. Mereka pun menyampaikan sesuatu kepada Nek Takon.

"Kami akan menjaga pinggan ini agar tidak pecah. Kami juga akan mengembalikannya setelah pelaksanaan pesta pernikahan ini selesai," ungkap salah satu dari mereka. Setelah itu, mereka pun membawa pinggan-pinggan itu keluar gua. Lalu pinggan-pinggan itu dibawa ke rumah Pak Usup.

    Tiga hari kemudian, pesta pernikahan itu pun berlangsung. Tak satu pun penduduk yang tak hadir di pesta megah itu. Begitu juga dengan Nek Takon. la juga hadir di pesta itu. Nek Takon sangat senang melihat pinggannya digunakan. Apalagi yang hadir begitu ramai dan makanan sangat banyak disajikan. Sehingga pinggan-pinggan Nek Takon digunakan semua. Betambah bahagia hati Nek Takon pada saat Itu.
Selain merayakan pernikahan, pesta itu merupakan bentuk syukur Pak Usup karena menemukan tempat tinggal yang subur. Hasil dari tanaman padi sangat berlimpah. Buah-buahan dapat dijumpai di mana saja. Begitu juga dengan ternaknya yang terus berkembang.

    Waktu berlalu begitu cepat. Pesta pun usai. Tamu-tamu berpulangan. Tak ada yang tidak bahagia pada saat itu. Selain menyaksikan anak Pak Usup menikah, ada sesuatu yang lain sehingga membuat mereka bahagia. Yaitu sajian makanan yang begitu banyak dan sangat enak Pak Usup meminta bantuan beberapa orang untuk berkemas. Pengemasan pertama Pak Usup adalah Pinggan Nek Takon. Hal itu demi menjaga kepercayaan dan nama baiknya. Pak Usup tak mau terjadi sesuatu pada Putri Pinggan sehingga pinggan- pinggan itulah yang paling pertama kali dikemaskannya.
Keesokan harinya, pinggan Itu pun dikembalikan. Pak Usup dan beberapa orang lainnya berbondong-bondong membawa pinggan itu. Nek Takon pun senang karena barang yang dipinjam dikembalikan seperti semula. Itu artinya yang pemimjam menjaga kepercayaan. Nek Takon pun meminta mereka menyimpan pinggan-pinggan itu. Lalu, Nek Takon mengarahkan mereka untuk menyimpannya di tempat Putri Pinggan bertapa.

Setelah selesai menyimpan pinggan itu, mereka pun berterima kasih kepada Nek Takon. Selain berterima kasih, ada sesuatu yang diberikan kepada Nek Takon. Nek Takon pun menolaknya. Bukan karena Nek Takon tidak menghargai pemberian seseorang. Namun, Nek Takon teringat pesan Putri Pinggan. Jika menolong seseorang itu harus ikhlas, jangan mengharapkan sesuatu.

"Maaf Pak Usup, bukannya aku menolak, tetapi, aku harus menjalankan pesan yang disampaikan Putri Pinggan. Jika dipaksa, aku takut nantinya ada sesuatu yang terjadi," ungkap Nek Takon.
Mendengar penjelasan Nek Takon, Pak Usup pun bisa memahaminya. Pak Usup tak mau membantah. Pak Usup akan pulang dan membawa barang yang hendak diberikannya itu. Walaupun demikian, Pak Usup tidak kecewa. Pak Usup memahami maksud Nek Takon yang tak mau menerima barang pemberian itu.

    Setelah semuanya selesai, Nek Takon mendengar ada suara dari dalam gua. la tak tahu suara apa, Nek Takon pun menghampiri suara itu. Setelah sampai di pusat suara, ternyata suara itu berasal dari pinggan-pinggan yang menyatu secara perlahan. Tak lama kemudian, bentuknya bukan pinggan lagi. Melainkan bentuk mausia yang sedang terbaring. Nek Takon hanya melihat kejadian itu dan betapa senangnya hati Nek Takon melihat Putri Pinggan kembali menjadi manusia. Nek Takon pun memeluknya.

    Setelah pesta pernikahan anak Pak Usup, ternyata nama Putri Pinggan marak diperbincangkan. Hampir seluruh kampung membicarakan namanya. Wajar saja, itu karena ia menjelma menjadi pinggan. Selain itu, Pak Usup juga menjadi bagian yang membuat nama Putri Pinggan kian terkenal. Pak Usup sengaja menceritakan kepada warga sekitar. Pak Usup melakukan hal demikian sebagai bentuk terima kasihnya kepada Putri Pinggan, sebab Putri Pinggan telah membantunya.

Putri Pinggan kini menjadi terkenal. Hal ini menjadi tantangan bagi Putri Pinggan. Ada dua kelompok yang dihadapinya, yaitu kelompok yang mendukung dan kelompok yang tidak mendukung. Kelompok yang mendukung Putri Pinggan menyukai upayanya tersebut. Sementara, kelompok yang tidak mendukung mencibir perbuatan Putri Pinggan karana iri dan dengki. Mereka tidak yakin dengan Putri Pinggan yang bisa menjelma menjadi pinggan.

Putri Pinggan sangat senang kepada yang suka dengannya. Apa lagi, ia menjelma menjadi pinggan untuk kepentingan orang banyak. Tujuannya lalah membantu orang yang memerlukan pinggan pada saat pesta pernikahan. Semuanya boleh meminjam. Bagi Putri Pinggan, kejujuran orang yang meminjam menjadi syarat utama. Selain itu, tak ada lagi syarat yang harus dipenuhi. Bagi yang tidak mendukung atau tidak percaya dengan Putri Pinggan terus-menerus mencibirnya. Walau demikian, Putri Pinggan tak pernah marah. Baginya, perbuatan tersebut menjadi tolok ukur untuk lebih baik.

Putri Pinggan tak pernah lelah membantu menyiapkan pinggan untuk orang-orang yang kebetulan memerlukan pinggan. Putri Pinggan berpikir bahwa nanti orang yang mencibirnya itu akan memercayai dan senang dengannya. Nek Takon pun menyadari bahwa ada orang yang tidak suka dengan Putri Pinggan. Untuk menyiasati hal yang tidak diinginkan terjadi, Nek Takon pun berpesan kepada Putri Pinggan.

"Cu, mengenai omongan orang yang tidak mendukungmu jangan ditanggapi," ungkap Nek Takon.

"Iya Nek," jawab Putri pinggan singkat. "Barang kali ada perbuatan kita yang tidak disenangi?" "Perbuatan apa ya Nek sehingga mereka ada yang tidak suka dengan kita?"

"Entahlah Cu, yang jelas hidup di dunia itu melakukan kebaikan. Perbuatan baik harus seseorang pada kita, di balas dengan perbuatan baik pula. Begitu juga dengan perbuatan Jahat, harus dibalas dengan perbuatan baik bukan dengan kejahatan. Jangan sampai kita melukai hati orang lain, walaupun sebenarnya kita dizalimi." ungkap Nek Takon.
Penjelasan Nek Takon itu menambah kepercayaan Putri Pinggan. Sedari dulu, Putri Pinggan selalu mendengarkan omongan Nek Takon. la tak pernah membantah. Bahkan selalu menurut selama perkataan Itu benar.

    Beberapa saat kemudian, Nek Takon mengajak Putri Pinggan tidur. Nenek pun menggantung kelambu. Setelah selesai, Nek Takon mempersilahkan Putri Pinggan masuk ke kelambu itu.
Pada saat itu, Putri Pinggan belum mau tidur. la masih ingin bercerita pada Nek Takon. Putri Pinggan pun menolak ajakan Nek Takon "Nek, jangan tidur dulul Aku masih mau bercerita," ungkap Putri Pinggan.

"Kalau mau bercerita kita lanjutkan besok saja. Bukankan besok pagi kita harus ke ladang. Kalaulah kita melanjutkan bercerita hingga tengah malam, nenek takut kita kesiangan bangunnya."

Putri Pinggan pun menuruti ajakan Nek Takon. Putri Pinggan menyadari perkataan Nek Takon itu ada benarnya. "Baiklah nek. Ayo kita tidur!"
Kokokan ayam yang saling bersapa menyadarkan Putri Pinggan dari Indahnya mimpi. Putri Pinggan pun bangun, begitu juga dengan Nek Takon. Tidak ada pembicaraan di antara Putri Pinggan dan Nek Takon pada saat itu. Masing-masih sudah mempunyai tugas yang meski dilaksanakan. Nek Takon membuat sarapan, sedangkan Putri Pinggan mengemaskan kelambu yang ia gunakan, menyapu, memcuci piriang dan gelas, dan berbagai pekerjaan lainnya. Setelah pekerjaan itu selesal, barulah Putri Pinggan dan Nek Takon pergi ke sawah 
Sesampainya di sawah, Putri Pinggan dan Nek Takon langsung menanam padi. Menjelang siang, Nek Takon tampak kelehan. Putri Pinggan pun meminta agar Nek Takon istrirahat saja. Tidak berapa lama, Putri Pinggan pun menghampiri Nek Takon. Putri Pinggan mengajak Nek Takon makan. Putri Pinggan sudah lapar, kebetulan pada saat itu hari sudah siang. Perut Putri Pinggan pun berbunyi sebagai petanda bahwa harus segera diisi.

    Betapa bahagianya Nek Takon melihat Putri Pinggan yang sangat rajin. Putri Pinggan juga sangat perhatian. Di usia Nek Takon yang semakin menua, ia dihadiahkan sosok gadis yang baik hatinya dan manis pula tingkah lakunya.Ketika sedang makan, Nek Takon membuka suatu pembicaraan. "Cu, tetaplah menjadi orang yang bermanfaat. Alangkah bagusnya kehadiran kita menjadi kebahagian orang banyak. Jangan sampai kehadiran kita menjadi bencana," ungkap Nek Takon.

"iye Nek," Jawaban Putri Pinggan "Mengapa pula Nenek bicara demikian, apakah perbuatanku ada yang salah?" tanya Putri Pinggan.

"Tidak Cu. Orang sepertimu itu tidak banyak. Hanya pilihan saja. Tak banyak orang yang mau berkorban sepertimu," jawab Nek Takon.

Mereka pun melanjutkan makan. Baru saja selesai, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak karena melihat Putri Pinggan yang sedang makan di bawah pohon.
"Putri Pinggan!" teriak Pak Limin sembari mengangkat tangannya. "Iya Pak,"jawab Putri Pinggan yang juga mengangkat tangannya.

Pak Limin pun menghampiri Putri Pinggan. Lalu Pak Limin mengutarakan maksud kedatangannya. "Jadi begini, aku hendak menikahkan anakku; aku minta tolong untuk disiapkan pinggan seperti halnya Pak Usup".

Putri Pinggan pun bersedia menyiapkan pinggan yang dimaksudkan Pak Limin. "Baiklah Pak, nanti Bapak ambil saja di gua kami," jawab Putri Pinggan sembari melihat Nek Takon.
"Jangan lupa ajak beberapa orang untuk membantu Pak Limin membawa pinggan-pinggan itu," lanjut Nek Takon.

Waktu terus berlalu. Hari pernikahan anak Pak Limin semakin dekat. Sementara, Nek Takon jatuh sakit. Putri Pinggan kebingungan. la punya janji sama Pak Limin sementara Nek Takon memerlukan bantuannya. Putri Pinggan mencari jalan keluar, akan tetapi tidak ditemukannya. Putri Pinggan benar- benar bingung. Padahal, besok pagi Pak Limin akan mengambil pinggan-pinggan yang dijanjikan Putri Pinggan.
"Nek, apakah Nenek sudah sehat?" tanya Putri Pinggan yang mengharapkan jawaban iya. Nek Takon pun menjawab "Belum Cu, kepala Nenek semakin sakit".

    Bertambah resahlah Putri Pinggan. la mempunyai janji yang harus ditepati. Sementara Nek Takon memerlukan bantuannya. Pada saat Itu Putri Pinggan sangat kebingungan. Tak lama kemudian, datanglah seseorang kakek yang tidak dikenal. Kekek tersebut membawa buah mengkudu yang masak. Putri Pinggan tak tahu maksudnya. Tiba-tiba, kakek itu menyuruh Putri Pinggan untuk memarut buah tersebut.
"Parutlah buah ini," Sambil memberikan buah mengkudu kepada Putri Pinggan. "Lalu setelah diparut tapislah airnya, kemudian surulah Nek Takon untuk meminum air itu." Setelah menjelaskan kejadian itu, si kekek pun pergi. la meninggalkan Putri Pinggan begitu saja. Sampai-sampai Putri Pinggan tidak sempat berterima masih kepadanya.
Putri Pinggan pun melakukan perintah kakek itu. Walaupun ia tak pernah mengenalinya dan tak tahu pula maksudnya, yang ada dalam pikiran Putri Pinggan pada saat itu ialah kakek tersebut orang baik.

Buah mengkudu yang diberikan si Kakek pun diparutnya. Putri Pinggan melakukan sesuai dengan apa yang telah disampaikan kepadanya. Setelah selesai, airnya pun diberikan ke Nek Takon Setelah meminum air itu, Nek Takon merasakan sakit sesuatu. Bukankah begitu kawan-kawan," ungkap Pak Limin sembari memandang rombongannya yang hendak membawa pinggan-pinggan itu. "iya," Jawab mereka serentak.

Nek Takon senang mendengar Jawaban Pak Limin. Lalu, Nek Takon pun menyuruh Pak Limin beserta rombongan untuk membawa pinggan- pinggan itu.
Sehari setelah pesta pernikahan anaknya, Pak Limin beserta rombongan mengumpulkan pinggan yang ia pinjam. la meminta orang-orangnya membawa semua pinggan itu. beberapa saat kemudian, berangkatlah mereka menuju gua tempat tinggal Putri Pinggan. Pak Limin juga membawakan beberapa ternaknya untuk diberikan ke Putri Pinggan. Sesampainya di depan gua, Nek Takon pun bertanya melihat Pak Limin membawa beberapa hewan ternak.

"Untuk siapa ternak itu Pak Limin?" tanya Nek Takon. "Untuk Nek Takon," kata Pak Limin. Nek Takon pun kembali mengingatkan Pak Limin, seperti halnya Nek Takon mengingatkan pak Usup. "Jadi begini Pak Limin, kami tidak menerima imbalan. Kami ikhlas membantu sesama. Apa lagi Putri Pinggan yang menjadi pinggan itu tak mau diberi apa pun. la lebih senang membantu," jelas Nek Takon.

Pak Limin berusaha membujuk Nek Takon agar menerima imbalan darinya. "Imbalan ini sudah disiapkan jauh-jauh hari Nek Aku sengaja membarikan beberapa ternakku agar Nek Takon dan Putri Pinggan bisa berternak Nanti ternak ternak int akan beranak-pinak dan Nek Takon bisa menjualnya, bujuk Pak Limin sembari berharap agar Imbalannya bisa diterima.
Pak Limin merasa berutang budi sama Putri Pinggan karena Putri Pinggan telah rela menjelma menjadi pinggan hanya unntuk membantunya. Sementara untuk pinjam ke orang lain. takkan ada sebanyak itu. Oleh karena itulah, Pak Limin rela memberikan beberapa ternaknya.

Mendengar penjelasan Pak Limin yang panjang lebar, Nek Takon mulai berpikir panjang. Ungkapan Pak Limin menurut Nek Takon ada benarnya. Setelah mau menerima ternak itu, tiba- tiba saja Nek Takon teringat pesan Putri Pinggan. Kalau Nek Takon menerimanya, berarti ia tidak menjaga kepercayaan Putri Pinggan. Akhirnya Nek Takon pun membatalkan niatnya itu.
"Aku tetap tak bisa menerima ternak ini. Kalau kupaksakan, berarti aku tidak menjaga kepercayaan yang diberikan Putri Pinggan kepadaku," ungkap Nek Takon. "Baiklah kalau memang demikian. Aku tak bisa memakşa. Lagi pula kepercayaan itu harus dijaga. Tolong sampaikan ucapan terima kasihku kepada Putri Pinggan," ungkap Pak Limin.

    Tak lama kernudian, Pak Limin beserta rombongan berpamitan. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing Sementara, Nek Takon kembali menyaksikan pinggan-pinggan menyatu dengan sendirinya. Lalu membentuk manusia Tak lama setelah itu, jadilah kembali wujud Putri Pinggan Nek Lakon pun menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada Puto Pinggan. Putri Pinggan bersyukur bahwa Nek Takon masih bisa menjaga amanah yang diberikan kepadanya.

    Setelah sekian tahun dan beberapa orang telah meminta bantuan pada Putri Pinggan, datanglah seseorang yang pernah ini dan dengki kepada Putri Pinggan. la hendak menemui Putri Pinggan karena mengharapkan pertolongan. Putri Pinggan tahu betul dengan orang itu. la dikenal sangat kikir. Semua dihitungnya berdasarkan untung rugi. Maka, kalau membantu orang harus ada Imbalannya dulu baru la mau membantunya. Orang Kampung Gua tak suka dengan orang itu sebab ia sangat pelit.

"Kudengar kau mempunyai pinggan yang begitu banyak," tanya Pak Sake. "lya," jawab Putri Pinggan. Dengan agak sombong Pak Sake pun kembali bertanya "Bolehkan aku meminjamnya?"

    Walau Putri Pinggan mengetahui keburukan Pak Sake, ia tetap akan meminjamkannya. Iri, dengki, dan fitnah yang pernah dilakukannya tidak menjadi penghalang bagi Putri Pinggan untuk berbuat baik padanya. Sementara, kesombongan Pak Sake dianggapnya hanyalah angin lalu. Putri Pinggan tidak mau jadi sepertinya yang mengharapkan imbalan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan Putri Pinggan untuk menyindir Pak Sake agar ia sadar.

Pak Sake tetaplah Pak Sake. la tak bisa disadarkan dengan sindirin. Ja juga tak sabar karena mempertimbangkan waktu dan sebagainya. Ia pun meminta disiapkan secepatnya pinggan yang ia pinjam. Pinggan-pinggan itu mau dibawanya pulang.

"Apakah pinggan-pinggan itu boleh dibawa pulang hari ini?" Tanya Pak Sake. "Kalau mau meminjam pinggan, silakan datang besok. Jangan lupa datang dengan beberapa orang agar pinggan itu bisa dibawa semua," ungap Nek Takon dengan nada agak kasar kerana tebiat Pak Sake.

    Keesokan harinya Pak Sake datang sangat pagi. la datang sendiri saja tanpa membawa siapapun. Pak Sake berfikir kalau membawa orang banyak perlu membri ketidakseimbangan. Makanya, ia datang sendiri dan tidak mau meminta bantuan orang lain. Pak Sake pun pingang pinggan itu berkali-kali. Nek Takon sangat kebingungan melihat tingkah laku Pak Sake. Sebelum Pak Sake selesai menggangkut barang, Nek Takon menjelaskan ketentuan yang harus yang dijalankan harus pak Sake. Hal itu sama dengan ketentuan-ketentuan orang yang meminjam sebelum ini. Pak Sake hanya menganggukkan kepalanya. Tampak jelas bahwa ia tidak begitu peduli dengan pesan yang disampaikan Nek Takon. Pak Sake meninggalkan Nek Takon kerana dia ingin cepat pulang.
Waku demi waktu berlalu. Cerita demi cerita begitu cepat. Pesta pernikahan anak Pak Sake telah usai. Tidak ramai yang hadir diacara tersebut, sebab tidak ramai yang senang dengan Pak Sake Oleh kerana itu, pesta pernikahan yang tidak ramai yang datang.

Sama seperti waktu meminjam, ketika yang mengembalikan begitu juga, Pak Sake tidak meminta bantuan orang banyak. la lagi-lagi memikirkan upah yang akan diberikan kepada orang yang membatunya itu. Pak Sake pun bolak-balik membawa pinggan itu ke tempat Nek Takon. Di tengah perjalanan yang kesekian kalinya, Pak Sake tampak kelelehan. la pun terjatuh sehingga pecahlah salah satu pinggan yang dibawanya.

"Bagaimana kalau Nek Takon mengetahui kejadian ini. Bisa-bisa Nek Takon akan meminta ganti rugi," ungkap Pak Sake dalam hati.
Pak Sake pun membuang pinggan yang pecah Itu. la sengaja tak membawanya. Pak Sake takut la akan diminta bertanggung jawab. Pak Sake pun pura- pura tak terjadi apa-apa. Setelelah selesai mengantar pinggan-pinggan itu, Pak Sake langsung pulang meninggalkan Nek Takon. Selain takut diminta ganti rugi, Pak Sake tak mau terlalu lama di sana. la takut Nek Takon minta imbalan. Pak Sake tak mau memberi imbalan untuk Nek Takon. Padahal Nek Takon tak pernah meminta atau menerima imbalan dari siapa pun. Bahkan saking takut dan pelitnya 
Pak Sake, ucapkan terima kasih pun tidak tersampaikan. Pak Sake pulang begitu saja tanpa merasa bersalah.

Nek Takon bingung melihat gelagat Pak Sake. Nek Takon sebenarnya curiga. Namun, ia tak kuasa sehingga Nek Takon membiarkan saja Pak Sake yang langsung pulang pada saat itu. Nek Takon pun langsung ke tempat menyimpan pinggan. menunggu Putri Pinggan berubah menjadi manusia.

Kali itu kejadiannya agak berbeda. Pinggan pinggan itu sulit untuk menyatu. Bunyi-bunyi yang terjadi pun tak seperti biasanya. Nek Takon pun mencoba membantu. Namun, tetap saja gagal. Setelah lama kejadian demi kejadian akhirnya pinggan-pinggan bisa menyatu juga. Tak lama jadilah seperti manusia. Nek Takon pun senang. Namun, ada perubahan dengan diri Putri Pinggan. la kehilangan telinga. Ternyata pinggan yang pecah Itu adalah pinggan bagian telinga. Oleh karena Pak Sake tak bertanggung jawab, akhirnya Putri Pinggan tidak memiliki telingah, yaitu telinga sebelah kanan.

Atas kejadian itu, Nek Takon dan Putri Pinggan pun menemui Pak Sake. Mereka ke rumah Pak Sake demi mempertanyakan kejadian sebenarnya. Menurut Putri Pinggan, Pak Sake tidak bisa menjaga kepercayaan. Jika terjadi sesuatu, seharusnya Pak Sake mengakuinya. Putri Pinggan pun marah. la marah bukan karena kehilangan telinga. Ada hal yang lebih fatal, yaitu ia tak bisa lagi menjelma menjadi pinggan.

    Kejadian itu membuat Putri Pinggan sedih yang berkepanjangan. la tak bisa lagi membantu warga sekitar. Rupanya pantangan yang sering disampaikannya harus benar-benar dijaga. Seperti tak boleh menerima imbalan, harus meminjamkan pinggan sama orang yang butuh, orang yang meminjam harus mengembalikan, serta jujur mengakui bila terjadi sesuatu. Kali ini Pak Sake melakukan kesalahan. la menjadi peminjam yang tak jujur. Padahal jika ia mengakui, kejadian tersebut tak akan terjadi. Semua sudah terlambat, Putri Pinggan ttidak bisa menjelma lagi menjadi pinggan, dan itulah yang membuatnya sedih.

Pak Sake menyesali perbuatannya itu. Pak Sake mintah maaf kepada Putri Pinggan. Setelah kejadian itu, Pak Sake pun berubah menjadi orang baik. la tidak pelit lagi. Bahkan senang membantu orang Putri pinggan pun lichles memaafkannya. Sifat dan tindakan Pak Sake- lah yang meluluhkan hati Putri Pinggan sehingga mau memaalkannya.

Walau sudah dimaafkan, Pak Sake tetap ingin menebus dosanya, la pun pergi ke negeri seberang. Setelah pulang, orang Kampung Gua keheranan melihat Pak Sake yang membawa pinggan begitu banyak. Rupanya Pak Sake ke negeri seberang untuk membeli pinggan. Pinggan-pinggan Itu pun diberikannya kepada Putri Pinggan. la meminta Putri Pingganlah yang menyimpan pinggan-pinggan itu.

    Putri Pinggan sangat senang, bahkan tak merasa sedih lagi. la pun menerima pinggan-pinggan itu dengan perasaan bahagia. la berjanji untuk menjaganya. la juga akan meminjamkan pinggan- pinggan itu kepada siapa saja. Seperti yang dilakukannya dulu, serta tidak akan menerima imbalan jika ada yang meminjam pinggan-pinggan itu.
Setelah kejadian itu, keadaan Kampung Gua semakin tentram. Semua saling membantu. Tidak aca yang iri dengki. Tidak ada pula yang menghujat Putri Pinggan lagi seperti halnya beberapa waktu yang lalu. Semua warga kampung bergotong rayong membangun ampung, memperbaiki jalan vang rusak, membersihkan aluran sungai, membuat saluran irigasi, dan menjaga alam.
Atas sikap dan tindakan warga Kampung Gua pada saat itu, akhirnya mereka merasakan hasilnya. Tanaman tumbuh subur. Ternak-ternak berkembang pesat. Sehingga tak satu pun yang merasa kesusahan. Hal itu terjadi berkat orang-orang kampung tersebut hidup secara berdampingan. Balk kepada sesama manusia maupun kepada alam.

SELESAI


Keterangan
Cerita ini berdasarakan sastra lisan Kayong Utara, tepatnya di Sukadana. Cerita ini pernah ditulis oleh Dela Syahefti dengan judul Gua Nek Takot. Cerita ini disadur demi memperkaya sastra lisan Kalimantan Barat.

Nama Penulis : Jasmini, S.Pd.
Asal Sekolah : SMP Negeri 19 Pontianak 
Narasumber : -